Sumur bor yang awalnya menghasilkan air jernih terkadang mengalami penurunan kualitas, seringkali ditandai dengan air yang keruh, berbau tidak sedap, atau bahkan berubah warna menjadi kuning atau coklat. Fenomena ini umum terjadi dan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah sedimentasi. Seiring waktu, partikel halus seperti lumpur, pasir, atau tanah liat yang berada di sekitar formasi batuan di bawah permukaan dapat terbawa masuk ke dalam sumur, terutama saat pompa bekerja terlalu keras atau posisi saringan (strainer) mulai tertutup.
Faktor lain yang signifikan adalah masalah pada instalasi sumur itu sendiri. Korosi pada pipa casing atau kerusakan pada penutup lubang sumur (sump) bisa menjadi pintu masuk bagi kontaminan dari permukaan tanah, termasuk bahan organik. Selain itu, perubahan kondisi geologis di sekitar area pengeboran, seperti pergerakan tanah atau aktivitas pengeboran di sumur tetangga, bisa mempengaruhi kualitas air di sumur Anda.
Sebelum melakukan pembersihan mendalam, sangat penting untuk mengidentifikasi sumber kekeruhan. Lakukan pengamatan sederhana:
Proses penjernihan sumur bor, sering disebut juga "surviving" atau "membersihkan sumur", harus dilakukan secara sistematis untuk memastikan efektivitas jangka panjang.
Ini adalah langkah pertama untuk menghilangkan endapan yang mengendap di dasar sumur. Caranya adalah dengan memompa air sumur secara terus-menerus hingga air yang keluar benar-benar jernih. Untuk sumur yang sangat kotor, Anda mungkin perlu menggunakan pompa submersible yang lebih kuat atau memompa keluar selama beberapa jam. Pastikan air buangan dialirkan jauh dari area resapan sumur agar kotoran tidak kembali masuk.
Untuk sumur yang sumbatan sedimennya sudah padat, metode ini lebih efektif. Alat khusus seperti air jetting atau well cleaning tool dimasukkan ke dalam sumur. Alat ini menyemprotkan air bertekanan tinggi secara vertikal dan horizontal ke dinding formasi, membantu melepaskan partikel yang menempel erat pada saringan dan dinding lubang bor. Proses ini seringkali memerlukan teknisi profesional.
Jika masalah utamanya adalah bakteri atau bau, disinfeksi menggunakan klorin (pemutih rumah tangga dengan kadar natrium hipoklorit tinggi) sangat dianjurkan. Dosis umum berkisar antara 100 hingga 500 ppm, tergantung tingkat kontaminasi yang dicurigai. Campurkan klorin dengan air bersih, tuangkan perlahan ke dalam sumur, dan biarkan bereaksi minimal 12 hingga 24 jam. Setelah itu, pompa air hingga bau klorin hilang total sebelum digunakan kembali untuk kebutuhan konsumsi.
Untuk sumur yang mengalami penumpukan lumpur tebal di dasar, diperlukan pembersihan endapan total. Dalam beberapa kasus, penyedotan lumpur (sludge pumping) menggunakan pompa khusus atau bahkan pengangkatan pompa untuk membersihkan dasar sumur secara manual mungkin diperlukan. Setelah lumpur dasar terangkat, ulangi proses pemompaan hingga air stabil.
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Beberapa praktik terbaik meliputi: