Fondasi Kehidupan Spiritual yang Kokoh
Akidah, atau keyakinan dasar dalam Islam, adalah fondasi yang menentukan kualitas hidup seorang Muslim di dunia maupun di akhirat. Akidah yang shahih (benar) ibarat akar pohon yang kuat; ia menopang seluruh cabang amalan, ibadah, dan akhlak. Tanpa fondasi yang kokoh, bangunan amal perbuatan mudah goyah diterpa badai keraguan atau godaan syubhat. Membenahi akidah bukanlah kegiatan sesekali, melainkan proses seumur hidup yang menuntut pemahaman mendalam dan pembaharuan terus-menerus.
Sebelum memperbaiki, kita harus memahami apa yang diperbaiki. Akidah mencakup enam pilar utama keimanan (Rukun Iman). Memastikan pemahaman yang benar terhadap Allah SWT, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qada serta qadar adalah langkah awal yang krusial. Kesalahan pemahaman pada salah satu rukun ini dapat berakibat fatal pada keseluruhan keyakinan.
Fokus utama dalam membenahi akidah adalah menguatkan tauhid (mengesakan Allah) dan menjauhi segala bentuk syirik (menyekutukan-Nya). Syirik adalah dosa terbesar yang paling ditakuti oleh orang beriman karena ia menghapus seluruh amal.
Proses introspeksi diri sangat penting. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah keyakinan saya murni hanya kepada Allah dalam segala hal? Seringkali, celah akidah muncul bukan dalam bentuk penyembahan berhala terang-terangan, melainkan melalui bentuk-bentuk yang lebih halus, seperti:
Membenahi akidah memerlukan pendekatan sistematis yang melibatkan hati, akal, dan lisan. Berikut adalah beberapa metode yang terbukti efektif:
Pelajari sumber-sumber primer. Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah sesuai pemahaman para ulama terdahulu yang terpercaya (Salafus Shalih). Memahami argumentasi logis mengapa kita harus mengesakan Allah akan memperkuat keyakinan saat menghadapi keraguan rasional.
Akidah tidak hanya didapat dari teks, tetapi juga dari pengamatan terhadap alam semesta. Renungkan keteraturan dan keajaiban ciptaan Allah—mulai dari peredaran planet hingga detail terkecil dalam tubuh manusia. Ini adalah bukti nyata (ayat) yang mengarahkan pikiran untuk mengakui adanya Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Lingkungan sangat memengaruhi cara berpikir. Jauhi pergaulan yang sering membicarakan hal-hal yang mengarah pada perdebatan akidah yang menyesatkan atau meremehkan prinsip-prinsip keimanan. Carilah teman atau majelis ilmu yang secara aktif membahas dan memperkuat pemahaman tauhid.
Periksa konsistensi antara keyakinan dan perbuatan. Jika seseorang meyakini pentingnya shalat, namun ia sering meninggalkannya, maka ada ketidakselarasan yang perlu dibenahi. Tindakan nyata (ibadah mahdhah dan muamalah) adalah cerminan sejauh mana akidah telah meresap dalam jiwa.
Membenahi akidah adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan akhir. Setelah keyakinan diperbaiki, tantangan berikutnya adalah menjaga istiqamah (keteguhan). Umat Islam senantiasa dianjurkan untuk berdoa memohon keteguhan iman, seperti doa yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ: "Ya Muqallibal Qulub, Tsabbit Qalbi 'Ala Dinik" (Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).
Dengan pemahaman yang benar, pengawasan diri yang ketat, serta ketergantungan penuh kepada Allah, akidah seorang Muslim akan menjadi benteng yang kokoh, mengantarkan kepada ketenangan jiwa dan keridhaan Ilahi.