Air seni berdarah, atau dalam istilah medis dikenal sebagai hematuria, adalah kondisi yang seringkali menimbulkan kekhawatiran besar bagi siapa pun yang mengalaminya. Meskipun terlihat menakutkan, penting untuk diketahui bahwa tidak semua kasus air seni berdarah menandakan penyakit yang mengancam jiwa. Namun, kondisi ini selalu memerlukan evaluasi medis karena dapat menjadi gejala dari berbagai masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga yang serius.
Hematuria terbagi menjadi dua jenis utama: hematuria mikroskopis, di mana darah hanya terlihat di bawah mikroskop saat pemeriksaan laboratorium, dan hematuria makroskopis, di mana perubahan warna urine menjadi merah muda, merah, atau kecoklatan terlihat jelas oleh mata telanjang.
Berbagai Penyebab Utama Air Seni Berdarah
Pendarahan yang menyebabkan hematuria dapat berasal dari mana saja di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal, ureter (saluran dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih, hingga uretra (saluran keluar urine). Berikut adalah beberapa penyebab paling umum:
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Infeksi bakteri pada kandung kemih (sistitis) atau ginjal (pielonefritis) adalah penyebab hematuria yang paling sering terjadi. Infeksi menyebabkan peradangan dan iritasi pada dinding saluran kemih, yang dapat mengakibatkan keluarnya darah bersama urine. ISK sering disertai dengan gejala lain seperti rasa terbakar saat buang air kecil (disuria), sering ingin buang air kecil, dan nyeri perut bagian bawah.
2. Batu Ginjal atau Batu Kandung Kemih
Ketika mineral dalam urine mengkristal dan membentuk batu, batu-batu tersebut dapat menggores dinding saluran kemih saat bergerak atau mencoba keluar dari tubuh. Goresan ini menyebabkan pendarahan. Nyeri hebat yang tajam di pinggang, perut, atau selangkangan (kolik ginjal) sering menyertai keluarnya batu ginjal.
3. Pembesaran Prostat (Benign Prostatic Hyperplasia - BPH)
Pada pria, terutama yang berusia di atas 50 tahun, pembesaran prostat non-kanker dapat menekan uretra. Tekanan ini dapat menyebabkan iritasi dan kadang-kadang memicu pendarahan. Gejala lain termasuk kesulitan memulai buang air kecil dan aliran urine yang lemah.
4. Penyakit Ginjal
Beberapa kondisi yang mempengaruhi fungsi penyaringan ginjal dapat menyebabkan hematuria. Contohnya termasuk glomerulonefritis, yaitu peradangan pada unit penyaring kecil di ginjal (glomeruli). Kondisi ini bisa muncul setelah infeksi tenggorokan atau sebagai penyakit autoimun.
5. Trauma atau Cedera
Pukulan keras pada ginjal atau area punggung bawah akibat kecelakaan olahraga atau benturan fisik dapat menyebabkan memar atau kerusakan pada organ saluran kemih, yang berujung pada keluarnya darah dalam urine.
Penyebab Serius yang Harus Diwaspadai
Meskipun seringkali penyebabnya tidak serius, hematuria makroskopis, terutama tanpa gejala penyerta lain seperti nyeri atau demam, harus selalu diselidiki untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi yang lebih parah:
- Kanker: Kanker kandung kemih, kanker ginjal, atau kanker prostat adalah penyebab hematuria yang harus segera didiagnosis. Kanker seringkali tumbuh tanpa rasa sakit pada tahap awal.
- Penyakit Pembekuan Darah: Gangguan yang mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku dapat menyebabkan pendarahan di mana saja, termasuk saluran kemih.
- Penggunaan Obat Tertentu: Beberapa obat pengencer darah (antikoagulan) seperti warfarin atau aspirin dapat meningkatkan risiko pendarahan, termasuk dalam urine.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Anda harus segera mencari pertolongan medis jika mengalami:
- Air seni terlihat merah terang atau cokelat tua.
- Mengalami nyeri hebat saat buang air kecil atau nyeri punggung/pinggang yang parah.
- Disertai demam, mual, atau muntah.
- Jika Anda memiliki riwayat kanker kandung kemih atau ginjal dalam keluarga Anda.
Diagnosis hematuria biasanya melibatkan tes urine lengkap, tes darah, kultur urine, dan mungkin prosedur pencitraan seperti USG atau CT scan, serta sistoskopi (pemeriksaan langsung ke dalam kandung kemih menggunakan kamera kecil) untuk menentukan sumber pasti pendarahan. Jangan menunda pemeriksaan; diagnosis dini adalah kunci untuk penanganan yang efektif.