Di kedalaman samudra yang biru dan sunyi, tersembunyi keindahan biota laut yang seringkali luput dari pandangan manusia. Salah satu biota yang menarik perhatian para ahli biologi kelautan maupun kolektor adalah tanaman akar bahar. Meskipun sering disebut 'tanaman', akar bahar sejatinya adalah organisme laut yang termasuk dalam kelas Anthozoa, famili Gorgonidae, dan lebih dikenal sebagai terumbu karang lunak atau sea fans.
Ilustrasi pola bercabang alami dari akar bahar.
Apa Itu Akar Bahar Sebenarnya?
Secara taksonomi, tanaman akar bahar (sering juga disebut Gorgonian) adalah hewan invertebrata dari filum Cnidaria, sama seperti anemon laut dan karang sejati. Mereka memiliki kerangka protein yang fleksibel yang disebut gorgonin. Struktur ini memungkinkan mereka untuk meliuk-liuk tertiup arus laut tanpa patah, berbeda dengan karang keras yang memiliki kerangka kalsium karbonat kaku. Bentuknya yang menyerupai kipas, jaring, atau tanduk rusa inilah yang membuatnya sangat dekoratif.
Penting untuk dicatat bahwa apa yang kita lihat dan sering diperdagangkan biasanya adalah kerangka mati dari organisme tersebut. Sel-sel hidup (polip) yang menempel pada kerangka tersebut sangat kecil dan biasanya berwarna cerah ketika masih berada di habitat aslinya. Ketika dikumpulkan dan diproses, sisa polip akan hilang, menyisakan struktur gorgonin yang kemudian dapat diwarnai atau dibiarkan alami.
Habitat dan Keanekaragaman
Habitat alami dari tanaman akar bahar adalah di perairan tropis hingga subtropis, terutama di zona terumbu karang. Mereka umumnya ditemukan menempel pada substrat keras di area dengan arus yang cukup kuat. Arus ini sangat vital karena membawa makanan berupa plankton kecil ke polip-polip mereka. Karena kebutuhan arus ini, mereka cenderung tumbuh tegak lurus terhadap arah aliran air untuk memaksimalkan penyaringan makanan.
Keanekaragaman bentuknya luar biasa. Ada yang tumbuh datar seperti kipas (sea fan), ada yang bercabang seperti pohon kecil (sea rod), dan ada pula yang membentuk jaring rumit. Warna alami kerangka ini umumnya berkisar dari putih pucat hingga kuning atau merah muda tergantung pada diet dan spesiesnya. Namun, pasca-panen, banyak akar bahar yang diolah menjadi perhiasan atau pajangan dan diberi pewarna buatan, seperti merah menyala atau ungu tua, yang menambah daya tarik visualnya.
Manfaat dan Kontroversi
Secara tradisional, tanaman akar bahar dipercaya memiliki nilai spiritual dan pengobatan tertentu dalam budaya maritim kuno, meskipun klaim medis modern belum terbukti secara ilmiah luas. Saat ini, nilai utamanya adalah sebagai barang koleksi dan material kerajinan tangan. Perhiasan yang terbuat dari akar bahar, seperti gelang atau kalung, sangat populer karena keunikan tekstur dan coraknya.
Namun, pemanfaatan akar bahar menimbulkan kontroversi ekologis yang serius. Pengambilan akar bahar dari alam liar dapat merusak ekosistem terumbu karang. Terumbu karang adalah habitat vital bagi ribuan spesies laut, dan penarikan gorgonian dalam jumlah besar dapat mengganggu keseimbangan ekologis lokal. Oleh karena itu, semakin banyak upaya konservasi yang dilakukan untuk membatasi penangkapan liar dan mendorong budidaya atau penggunaan alternatif yang lebih berkelanjutan, seperti menggunakan imitasi berbasis resin. Konsumen yang bijak harus memastikan bahwa akar bahar yang mereka beli berasal dari sumber yang legal dan etis, atau lebih baik lagi, beralih ke material lain yang tidak mengancam kelestarian laut.
Kesimpulannya, tanaman akar bahar adalah mahakarya alam dari kedalaman laut. Keindahan bentuk dan teksturnya menjadikannya objek yang memikat, namun tanggung jawab kita adalah mengaguminya sambil memastikan bahwa keindahan ini tetap lestari di habitat aslinya bagi generasi yang akan datang.