Ilustrasi visualisasi akar bahar di kedalaman laut.
Lautan, dengan luas dan kedalamannya yang misterius, menyimpan berbagai keajaiban alam yang belum sepenuhnya terungkap. Salah satu fenomena biologis yang menarik perhatian para ahli kelautan dan masyarakat umum adalah keberadaan akar bahar di dalam laut. Istilah ini seringkali merujuk pada organisme laut yang bentuknya menyerupai struktur tumbuhan darat bercabang, meskipun secara taksonomi mereka adalah hewan.
Secara ilmiah, akar bahar umumnya termasuk dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Gorgonacea. Mereka lebih dikenal sebagai karang lunak. Berbeda dengan karang batu yang membentuk terumbu keras, akar bahar memiliki struktur internal yang lebih fleksibel, yang terbuat dari protein keras yang disebut gorgonin. Fleksibilitas inilah yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan laut yang dinamis, terutama di zona perairan yang arusnya cukup kuat.
Di mana tepatnya akar bahar di dalam laut ini dapat ditemukan? Mereka umumnya menghuni dasar laut yang keras, seperti substrat berbatu atau terumbu karang mati, tempat mereka bisa menambatkan diri dengan kuat. Keberadaan mereka sangat sensitif terhadap kondisi air; mereka membutuhkan air laut yang jernih, suhu yang stabil, dan kadar oksigen yang cukup. Oleh karena itu, lokasi terbaik untuk mengamati koloni akar bahar yang sehat adalah di area terumbu karang tropis atau subtropis yang masih terjaga kelestariannya.
Meskipun terlihat seperti tanaman, setiap cabang akar bahar sebenarnya adalah koloni polip-polip kecil. Setiap polip ini memiliki kemampuan untuk menyaring makanan dari kolom air—biasanya berupa zooplankton mikroskopis—melalui tentakel mereka yang halus. Proses filtrasi ini menjadikan akar bahar sebagai bagian penting dalam rantai makanan ekosistem laut, berperan sebagai penyaring alami air laut.
Selain nilai ekologisnya, akar bahar juga kaya akan nilai kultural dan mistis di berbagai peradaban pesisir. Di banyak kebudayaan Asia Tenggara, terutama di Indonesia, akar bahar (terutama yang berwarna merah atau hitam) dipercaya memiliki kekuatan magis atau khasiat penyembuhan. Mereka sering diolah menjadi perhiasan, jimat pelindung, atau digunakan dalam upacara adat. Mitos bahwa akar bahar adalah "ranting pohon kehidupan" yang tumbuh terbalik di dasar samudra menambah aura misterius pada organisme ini.
Warna merah tua yang khas pada beberapa spesies menjadikannya sangat dicari. Namun, permintaan pasar yang tinggi ini sering kali berimplikasi buruk pada populasi alamiah mereka. Pemanenan yang tidak berkelanjutan dapat merusak habitat karang secara keseluruhan, karena akar bahar tumbuh sangat lambat.
Kelestarian akar bahar di dalam laut kini menghadapi berbagai ancaman serius. Perubahan iklim global menyebabkan pemanasan air laut, yang dapat memicu fenomena pemutihan karang (coral bleaching). Meskipun akar bahar tidak mengalami pemutihan seperti karang batu, stres termal tetap mempengaruhi kesehatan polip mereka. Selain itu, polusi laut, penangkapan ikan destruktif seperti penggunaan bom atau sianida, serta sedimentasi dari aktivitas pesisir merupakan ancaman langsung yang menghambat pertumbuhan dan reproduksi mereka.
Melindungi habitat dasar laut tempat akar bahar tumbuh adalah kunci untuk memastikan bahwa keindahan dan misteri organisme laut ini tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Upaya konservasi harus fokus pada pengurangan polusi dan penetapan kawasan lindung laut yang efektif. Memahami bahwa yang kita sebut "akar" hanyalah rumah bagi ribuan hewan kecil adalah langkah pertama dalam menghargai ekosistem laut yang rapuh ini. Keindahan mereka terletak pada struktur yang mereka bentuk bersama, sebuah arsitektur biologis yang telah beradaptasi dengan kerasnya kehidupan di bawah ombak.