Simbol keteguhan dan prinsip dasar
Definisi Dasar Aqidah Salaf
Ketika kita berbicara mengenai aqidah salaf adalah, kita merujuk pada sistem keyakinan (akidah) yang dianut oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW, tabi’in (generasi setelah sahabat), dan tabi’ut tabi’in (generasi setelah tabi’in). Mereka dikenal sebagai 'Salafush Shalih' atau pendahulu yang saleh. Aqidah ini adalah pemahaman murni tentang Islam sebagaimana diturunkan Allah SWT melalui Rasul-Nya, tanpa tercampur dengan interpretasi filosofis atau spekulatif dari mazhab-mazhab teologi yang muncul belakangan.
Inti dari aqidah ini adalah kembali kepada sumber utama Islam: Al-Qur'an dan As-Sunnah, serta pemahaman yang diwariskan oleh generasi awal umat Islam. Mereka memegang teguh prinsip ittiba’ (mengikuti) dan menjauhi ibtida’ (mengada-ada dalam agama). Keyakinan ini meliputi semua rukun iman yang enam, namun dengan penekanan khusus pada bagaimana rukun-rukun tersebut dipahami secara tekstual dan literal (sesuai makna zahir yang tidak bertentangan dengan kaidah bahasa Arab dan prinsip tauhid).
Landasan Utama Aqidah Salaf
Pemahaman bahwa aqidah salaf adalah panduan utama didasarkan pada sumber-sumber yang otentik dan tidak terbantahkan. Salafush Shalih tidak menggunakan akal semata dalam memahami perkara gaib atau sifat-sifat Allah, melainkan menyerahkannya sepenuhnya kepada wahyu. Mereka sangat berhati-hati dalam menetapkan nama dan sifat Allah (Asma' wa Sifat), mengikuti kaidah: "Menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya tanpa tahrif (pengubahan makna), ta'thil (peniadaan), takyeef (mempertanyakan bagaimana), dan tamtsil (menyerupakan dengan makhluk)."
Prinsip ini memastikan bahwa keesaan Allah (Tauhid) tetap tegak lurus. Dalam pembahasan tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, dan Asma' wa Sifat, aqidah salaf sangat ketat dalam memastikan bahwa ibadah hanya ditujukan kepada Allah semata dan bahwa sifat-sifat-Nya dipahami sebagaimana adanya, tanpa perlu menggali makna yang tidak pernah dijelaskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah.
Mengapa Aqidah Salaf Penting Dipegang Teguh?
Kepentingan utama berpegang pada aqidah salaf adalah untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. Generasi sahabat dan tabi’in adalah saksi langsung turunnya wahyu dan menyaksikan langsung praktik Rasulullah SAW. Oleh karena itu, pemahaman mereka dianggap paling dekat dengan maksud sejati dari syariat. Mengikuti mereka berarti meminimalisir risiko penyimpangan akidah yang bisa merusak fondasi keimanan seseorang.
Dalam konteks kekinian, di mana banyak aliran pemikiran bermunculan, berpegang pada manhaj salaf berfungsi sebagai filter kritis. Ia mengajarkan umat untuk membedakan antara apa yang hak dan apa yang bid'ah (inovasi dalam agama) berdasarkan warisan ilmu yang sahih. Mereka menolak keras penakwilan yang terlalu bebas terhadap ayat-ayat mutasyabihat (ayat yang makna hakikinya samar bagi akal manusia).
Ciri Khas Aqidah Salaf dalam Praktik Keilmuan
Beberapa ciri khas yang menonjol dari manhaj aqidah salaf meliputi:
- Kembali kepada Nash: Selalu merujuk langsung kepada Al-Qur'an dan Hadits shahih sebagai sumber utama pengambilan hukum dan keyakinan.
- I'tibar (Mengambil Ibrah): Belajar dari sejarah umat terdahulu dan mengikuti jejak langkah mereka dalam beragama.
- Menjauhi Kalam dan Filsafat: Memandang ilmu kalam (teologi spekulatif) dan filsafat Yunani sebagai alat yang justru menyesatkan akidah, bukan menguatkannya.
- Ketaatan pada Ulama Salaf: Mengutamakan pemahaman para ulama besar yang hidup pada tiga abad pertama Islam.
Kesimpulan
Secara ringkas, aqidah salaf adalah pemahaman Islam yang otentik, murni, dan komprehensif yang diwariskan oleh tiga generasi terbaik umat ini. Ini adalah jalan keselamatan karena ia teruji waktu dan bersumber langsung dari ajaran Nabi. Bagi setiap Muslim yang mendambakan kebenaran dan ketenangan iman, kembali kepada manhaj salaf adalah sebuah keharusan metodologis dalam beragama.