Jalan Sunnah: Menggali Aqidah Salafush Shalih

Q S H Fondasi Pemahaman yang Kokoh

Dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, pemahaman yang benar mengenai dasar-dasar agama—yaitu akidah—memegang peranan paling krusial. Akidah yang shahih adalah fondasi yang di atasnya dibangun seluruh amal ibadah dan muamalah. Ketika fondasi ini rapuh, bangunan keislaman seseorang akan mudah roboh diterpa berbagai syubhat dan hawa nafsu. Oleh karena itu, mempelajari dan berpegang teguh pada aqidah salafush shalih menjadi sebuah keniscayaan.

Definisi dan Keutamaan Salafush Shalih

Siapakah Salafush Shalih itu? Mereka adalah tiga generasi terbaik umat Islam yang dijamin kebaikannya oleh Rasulullah ﷺ: para Sahabat, Tabi'in (generasi setelah Sahabat), dan Tabi’ut Tabi’in (generasi setelah Tabi’in). Periode ini mencakup sekitar tiga abad pertama Islam. Keutamaan mereka terletak pada kemurnian pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an dan Sunnah karena mereka adalah orang-orang terdekat yang menyaksikan langsung turunnya wahyu dan praktik Nabi ﷺ.

Mengikuti jejak aqidah salafush shalih berarti kembali kepada pemahaman agama yang paling murni, bebas dari bid’ah dan taklid buta terhadap pemikiran mutaakhirin (belakangan) yang terkadang menyimpang dari asal-usul. Mereka memahami sifat-sifat Allah, kenabian, hari akhir, dan perkara gaib lainnya dengan cara yang sesuai dengan nash (teks) Al-Qur’an dan As-Sunnah, tanpa tahrif (pengubahan makna), ta'thil (peniadaan sifat), takyif (mempertanyakan 'bagaimana'), dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk).

Prinsip Dasar Aqidah Salaf

Inti dari aqidah salafush shalih bersumber dari dua pilar utama: Kitabullah (Al-Qur’an) dan As-Sunnah (Hadits yang shahih), sebagaimana dipahami oleh para Sahabat dan generasi setelah mereka. Beberapa prinsip utama yang mereka pegang teguh meliputi:

1. Tauhid yang Murni

Tauhid (Mengesakan Allah) adalah landasan paling fundamental. Kaum Salaf sangat ketat dalam membedakan antara Tauhid Uluhiyyah (hak untuk disembah), Tauhid Rububiyyah (pengakuan atas kekuasaan Allah), dan Tauhid Asma was-Shifat (mengesakan nama dan sifat Allah). Mereka menolak segala bentuk kesyirikan, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi, seperti memohon pertolongan kepada selain Allah dalam hal yang khusus bagi Allah.

2. Pengakuan Terhadap Nama dan Sifat Allah

Dalam masalah Asma' wa Shifat, manhaj Salaf adalah Itsbāt bi-dūn tamthīl, wa tanzīh bi-dūn ta'thīl. Artinya, mereka menetapkan semua nama dan sifat yang Allah tetapkan untuk diri-Nya dalam Al-Qur'an dan yang ditetapkan oleh Rasul-Nya dalam Sunnah, tanpa menyerupakannya dengan makhluk (tamtsil), dan tanpa menolak atau mengingkari sifat-sifat tersebut (ta'thil). Mereka meyakini sifat tersebut ada, namun hakikatnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah (bila'iha wa kayfihā).

3. Pemahaman Terhadap Al-Qur'an dan Kalamullah

Kaum Salaf meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalam (firman) Allah yang hakiki, bukan makhluk. Mereka membacanya, memahaminya sesuai makna zahirnya yang shahih, dan mengamalkannya tanpa menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat Allah berdasarkan hawa nafsu atau logika filosofis semata.

4. Sikap Terhadap Kemaksiatan dan Bid'ah

Mereka sangat hati-hati terhadap bid'ah (inovasi dalam agama) dan menjauhinya, karena bid'ah adalah penolakan terhadap kesempurnaan syariat. Sementara itu, dalam menyikapi pelaku dosa besar, aqidah salafush shalih cenderung berada di tengah, tidak seperti Khawarij yang mengkafirkan dengan dosa besar, maupun Murji'ah yang menunda amal dari iman.

Relevansi Hari Ini

Di era modern yang penuh dengan informasi menyesatkan dan penyimpangan pemikiran, berpegang pada aqidah salafush shalih menjadi benteng pertahanan terkuat. Pemahaman yang kokoh ini memungkinkan seorang Muslim untuk memilah mana ajaran yang benar-benar berasal dari sumber aslinya dan mana yang merupakan interpretasi yang menyimpang. Ini bukan sekadar mengikuti tradisi lama, melainkan mengikuti manhaj (metodologi) terbaik dalam memahami wahyu Ilahi.

Konsistensi dalam aqidah adalah kunci persatuan umat di atas kebenaran. Dengan kembali kepada pemahaman Salaf, umat Islam diselamatkan dari perpecahan ideologis yang disebabkan oleh pemahaman yang jauh dari pemahaman generasi terbaik tersebut. Oleh karena itu, mempelajari dan menerapkan akidah ini adalah kewajiban kolektif untuk menjaga kemurnian agama Islam hingga akhir zaman.

🏠 Homepage