Memahami Aqiqah Diri Sendiri Setelah Menikah

Sebuah perjalanan spiritual bersama pasangan.

Aqiqah, secara tradisional, adalah ritual penyembelihan hewan sebagai tanda syukur atas kelahiran seorang anak. Namun, dalam perjalanan hidup seorang Muslim, seringkali muncul pertanyaan atau inisiatif untuk melakukan amalan baik yang serupa, terutama bagi diri sendiri, setelah mencapai tonggak penting seperti pernikahan. Konsep melakukan "aqiqah diri sendiri setelah menikah" bukanlah ritual formal yang baku dalam fikih, melainkan lebih merujuk pada upaya spiritual dan rasa syukur yang dilakukan oleh pasangan suami istri atas karunia pernikahan itu sendiri.

Mengapa Aqiqah Diri Sendiri Setelah Menikah Diperbincangkan?

Pernikahan adalah akad suci yang menyatukan dua insan dalam ibadah terpanjang. Rasa syukur yang mendalam atas dipertemukannya jodoh yang saleh/salehah seringkali mendorong seseorang untuk mengekspresikan syukur tersebut melalui jalur yang menyerupai ibadah qurban atau aqiqah. Ini adalah bentuk pengakuan bahwa pasangan adalah nikmat besar dari Allah SWT.

Jika aqiqah anak identik dengan pengorbanan kambing atau domba, maka "aqiqah diri sendiri" yang dilakukan pasutri umumnya diwujudkan dalam bentuk:

Dasar Keutamaan Rasa Syukur Dalam Pernikahan

Islam sangat menganjurkan rasa syukur (syukur) atas setiap nikmat. Menikah adalah nikmat yang besar karena ia menyempurnakan separuh agama. Rasulullah SAW bersabda bahwa di antara hal yang paling dicintai Allah adalah seorang hamba yang bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya.

Ketika sepasang suami istri mulai menjalani hidup baru, mengawali dengan niat tulus untuk saling membimbing menuju ketaatan adalah bentuk syukur yang paling hakiki. Melakukan amalan sunnah yang menyerupai semangat aqiqah (yaitu berbagi dan membersihkan diri dari kesombongan) setelah menikah dapat mempererat ikatan spiritual mereka. Ini bukan tentang meniru ritual kelahiran anak, melainkan tentang menetapkan standar kesyukuran yang tinggi sejak awal bahtera rumah tangga.

Implementasi Spiritual Pasca-Menikah

Bagi pasangan yang ingin mengadopsi semangat "aqiqah diri sendiri," fokus utama harus diarahkan pada pembentukan pondasi rumah tangga yang kokoh berlandaskan iman. Proses ini membutuhkan komitmen bersama:

  1. Niat Bersama: Sepakat untuk menjadikan pernikahan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
  2. Pembagian Tanggung Jawab Ibadah: Suami dan istri saling mengingatkan dan mendukung dalam melaksanakan kewajiban agama.
  3. Penyucian Harta: Memastikan bahwa rezeki yang didapatkan setelah menikah dikelola dengan prinsip halal dan sebagiannya dialokasikan untuk kebaikan bersama.
  4. Doa Bersama: Seringkali melakukan sujud syukur bersama atas kemudahan yang diberikan Allah dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Meskipun istilah "aqiqah diri sendiri" tidak memiliki landasan hukum yang spesifik seperti aqiqah anak, semangat di baliknya—yaitu kerendahan hati, pengakuan nikmat, dan berbagi kebahagiaan—sangat dianjurkan dalam Islam. Pernikahan adalah awal babak baru, dan memulainya dengan persembahan rasa syukur yang tulus akan menjadi berkah tak ternilai harganya bagi kelanggengan rumah tangga tersebut.

🏠 Homepage