Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat populer di Indonesia. Selain pertumbuhannya yang relatif cepat, nila juga dikenal tahan banting terhadap perubahan kualitas air, menjadikannya pilihan utama bagi pembudidaya pemula maupun profesional. Keberhasilan budidaya sangat bergantung pada penerapan cara pemeliharaan ikan nila yang tepat, mulai dari persiapan kolam hingga panen.
1. Persiapan Media Budidaya (Kolam)
Langkah awal yang krusial dalam pemeliharaan nila adalah mempersiapkan wadah budidaya. Nila bisa dipelihara di kolam tanah, terpal, atau bak beton. Kolam tanah adalah yang paling umum digunakan.
a. Pengeringan dan Pengapuran
Kolam harus dikeringkan total, dibersihkan dari sisa pakan atau lumpur lama. Setelah itu, lakukan pengapuran dengan kapur tohor (kalsium oksida) atau dolomit. Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah, menstabilkan kestabilan kimia air, serta membunuh bibit penyakit yang mungkin ada di dasar kolam. Dosis kapur biasanya disesuaikan dengan kondisi pH tanah sebelumnya.
b. Pemupukan dan Pengisian Air
Setelah pengapuran, kolam diberi pupuk organik (seperti pupuk kandang yang sudah matang) untuk menumbuhkan plankton, yang merupakan sumber pakan alami bagi benih nila. Setelah pemupukan, kolam diisi air hingga ketinggian yang diinginkan (ideal 80-100 cm) dan didiamkan minimal 7 hari agar populasi plankton terbentuk baik sebelum penebaran benih.
2. Pemilihan dan Penebaran Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan panen. Pilihlah benih yang sehat, aktif bergerak, dan seragam ukurannya. Ukuran benih yang ideal untuk ditebar di kolam pembesaran adalah sekitar 5-8 cm.
Sebelum ditebar, lakukan aklimatisasi (penyesuaian suhu). Benih dimasukkan beserta kantong plastiknya ke dalam kolam selama 15-20 menit. Kemudian, buka kantong dan perlahan campurkan air kolam ke dalam kantong secara bertahap sebelum ikan dilepaskan ke kolam.
3. Pengelolaan Kualitas Air
Ikan nila cukup toleran, namun pertumbuhan optimal hanya akan tercapai jika parameter air dijaga dalam rentang optimal:
- Suhu: Idealnya antara 25°C hingga 30°C.
- pH: Berkisar antara 6.5 hingga 8.5.
- Kadar Oksigen Terlarut (DO): Minimum 4 ppm.
- Amonia: Harus dijaga serendah mungkin.
Lakukan pengecekan kualitas air secara rutin. Jika air mulai keruh atau bau, lakukan penambahan air bersih (penggantian sebagian air) secara bertahap.
4. Pemberian Pakan yang Tepat
Pakan adalah komponen biaya terbesar dalam budidaya. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan fase pertumbuhan ikan.
a. Fase Benih (Starter)
Benih membutuhkan pakan dengan protein tinggi (di atas 30%). Pakan diberikan 3-4 kali sehari dengan jumlah yang habis dalam waktu singkat.
b. Fase Pembesaran (Grower)
Setelah mencapai ukuran yang lebih besar, protein pakan bisa diturunkan (sekitar 25-30%). Frekuensi pemberian pakan dikurangi menjadi 2-3 kali sehari pada pagi, siang, dan sore hari. Pemberian pakan sebaiknya menggunakan metode tebar atau menggunakan tempat pakan apung, dan hindari memberi pakan berlebihan karena dapat menurunkan kualitas air.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Penyakit umumnya muncul akibat stres ikan karena kualitas air yang buruk atau kepadatan tebar yang terlalu tinggi.
- Pencegahan: Jaga kebersihan kolam, lakukan pemantauan kondisi ikan setiap hari, dan hindari kepadatan tebar yang melebihi kapasitas kolam.
- Penanganan: Jika muncul tanda-tanda penyakit (seperti sirip rusak, nafsu makan menurun, atau pergerakan lesu), segera isolasi ikan yang sakit dan identifikasi penyebabnya sebelum menyebar ke seluruh populasi.
6. Pemanenan
Ikan nila umumnya siap panen dalam waktu 4 hingga 6 bulan, tergantung target ukuran pasar. Panen ideal dilakukan saat pagi hari saat suhu air lebih dingin sehingga ikan tidak stres. Setelah ikan dipanen, kolam kembali dikeringkan dan dipersiapkan untuk siklus budidaya berikutnya.
Dengan menerapkan cara pemeliharaan ikan nila yang sistematis dan penuh perhatian terhadap lingkungan budidaya, peluang keberhasilan budidaya Anda akan semakin besar.