Aqidah Islam, atau keimanan, adalah fondasi utama dalam ajaran Islam. Ini bukan sekadar keyakinan abstrak yang tersimpan di dalam hati, melainkan seperangkat prinsip dasar yang harus termanifestasi dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Memahami dan mengaplikasikan aqidah secara benar adalah kunci untuk mencapai ketenangan batin (sakinah) dan keberkahan dalam setiap aktivitas.
Secara sederhana, aqidah mencakup rukun iman, yaitu percaya kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qada serta qadar (ketentuan baik dan buruk dari Allah). Namun, bagaimana rukun iman ini diterjemahkan dalam interaksi kita di pasar, di kantor, di rumah, atau saat menghadapi kesulitan? Berikut adalah beberapa contoh konkret bagaimana aqidah Islam mewarnai kehidupan sehari-hari.
1. Tauhid dalam Setiap Perbuatan (Mengikhlaskan Niat)
Inti dari aqidah adalah tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, tauhid menuntut kita untuk memastikan bahwa segala niat dan perbuatan kita semata-mata ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, bukan pujian manusia atau keuntungan duniawi semata.
- Bekerja dengan Ikhlas: Seorang karyawan yang memahami tauhid akan bekerja secara maksimal dan jujur, bukan hanya karena diawasi atasan, tetapi karena ia sadar bahwa Allah Maha Melihat. Integritas menjadi harga mati karena ia takut kepada pengawasan Ilahi.
- Beribadah dengan Benar: Ketika melaksanakan salat, fokusnya adalah berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Jika niatnya tercemar oleh ingin dilihat orang lain baik dalam kualitas salatnya, maka keberkahan spiritualnya akan berkurang.
2. Iman kepada Malaikat dan Hari Akhir (Menjaga Akhlak)
Keyakinan bahwa ada malaikat pencatat amal (Raqib dan Atid) dan bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan di Hari Kiamat memiliki dampak besar pada perilaku. Hal ini mendorong seorang Muslim untuk selalu menjaga lisannya dari ghibah (bergosip) dan perbuatannya dari kezaliman.
- Menjauhi Maksiat: Ketika sendirian dan terdorong untuk melakukan perbuatan buruk, ingatan akan adanya pengawas Ilahi (malaikat) seringkali menjadi rem moral yang kuat.
- Ketergesaan dalam Kebaikan: Sebaliknya, keyakinan akan perhitungan amal mendorongnya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, karena ia tahu waktu dunia ini terbatas.
3. Iman kepada Kitab Allah (Menjadikan Al-Qur'an Sebagai Pedoman)
Aqidah menuntut seorang Muslim untuk meyakini kebenaran Al-Qur'an dan menjadikannya sumber hukum utama. Dalam kehidupan praktis, ini berarti mencari petunjuk dari Al-Qur'an dalam pengambilan keputusan besar, mulai dari cara berbisnis hingga mendidik anak.
- Etika Bisnis: Tidak terlibat dalam praktik riba, penipuan, atau jual beli barang haram karena hal tersebut dilarang secara eksplisit dalam pedoman yang diyakininya.
- Pola Pikir dan Pandangan Dunia: Memfilter informasi dan ideologi yang masuk berdasarkan standar kebenaran yang telah ditetapkan dalam kitab suci.
4. Iman kepada Rasul (Mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW)
Mengimani kerasulan Muhammad SAW berarti menjadikan beliau sebagai teladan paripurna (uswatun hasanah). Implementasi aqidah ini terlihat dari upaya meneladani akhlak beliau dalam menghadapi tantangan.
Contohnya adalah kesabaran beliau dalam berdakwah, keramahan beliau terhadap keluarga dan non-Muslim, serta ketegasan beliau dalam mempertahankan prinsip kebenaran. Ketika seorang Muslim bersabar menghadapi ujian hidup, ia meneladani kesabaran Rasulullah.
5. Iman kepada Qada dan Qadar (Sikap dalam Menghadapi Takdir)
Ini adalah salah satu aspek aqidah yang paling sering diuji dalam realitas kehidupan. Iman kepada qada dan qadar mengajarkan keseimbangan antara usaha (ikhtiar) dan penerimaan (tawakal).
- Saat Sukses: Jika meraih kesuksesan, seorang Muslim bersyukur (syukur) dan menyadari bahwa itu adalah karunia Allah yang ditakdirkan baginya setelah usaha yang maksimal. Ia tidak menjadi sombong.
- Saat Gagal/Musibah: Ketika mengalami kegagalan bisnis atau sakit, ia tetap berusaha mencari jalan keluar (ikhtiar) tetapi hatinya tenang (tawakal), karena ia yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan ketetapan Allah yang pasti mengandung hikmah, meskipun hikmah itu belum terlihat.
Kesimpulannya, aqidah Islam bukanlah sekadar ritual tahunan atau materi ceramah; ia adalah "sistem operasi" yang menjalankan seluruh perangkat lunak kehidupan seorang Muslim. Ketika fondasi aqidah itu kuat dan diyakini sepenuh hati, maka buahnya akan terlihat jelas dalam setiap etika, keputusan, dan reaksi kita terhadap dinamika kehidupan sehari-hari.