Aqiqah adalah salah satu sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan) dalam Islam yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia kelahiran seorang anak. Pelaksanaan ibadah ini memiliki serangkaian ketentuan yang harus dipenuhi agar sah dan sesuai dengan tuntunan syariat. Memahami ketentuan aqiqah dengan benar merupakan langkah awal agar ibadah yang kita lakukan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Kapan Waktu Pelaksanaan Aqiqah yang Tepat?
Salah satu poin penting dalam ketentuan aqiqah dengan benar adalah menentukan waktu pelaksanaannya. Mayoritas ulama sepakat bahwa waktu ideal pelaksanaan aqiqah adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran anak.
- Hari Ketujuh: Ini adalah waktu yang paling utama dan disunnahkan secara kuat. Melaksanakan aqiqah pada hari ketujuh menunjukkan urgensi syukur atas kehadiran buah hati.
- Hari Keempat Belas (Kedua): Jika karena suatu hal (misalnya kesulitan mencari hewan atau biaya) aqiqah tidak dapat dilaksanakan pada hari ketujuh, maka dapat diundur pada hari keempat belas.
- Hari Kedua Puluh Satu (Ketiga): Jika pada hari keempat belas juga belum terlaksana, maka batas akhir yang dianjurkan adalah hari kedua puluh satu.
Setelah hari kedua puluh satu, meskipun masih diperbolehkan sebagai bentuk sedekah atas kelahiran, statusnya mungkin tidak sekuat ketika dilakukan pada tiga periode utama tersebut. Nabi Muhammad SAW sendiri diariwayatkan diaqiqah pada hari ketujuh kelahirannya.
Jumlah Hewan yang Disyaratkan
Jumlah hewan yang disembelih juga merupakan bagian krusial dari ketentuan ini, dan berbeda antara laki-laki dan perempuan:
- Untuk Anak Laki-laki: Disunnahkan menyembelih dua ekor kambing atau domba.
- Untuk Anak Perempuan: Disunnahkan menyembelih satu ekor kambing atau domba.
Dalam mazhab Syafi'i dan mayoritas ulama, jumlah ini bersifat sunnah. Jika karena keterbatasan finansial hanya mampu menyembelih satu ekor untuk laki-laki, hal tersebut tetap sah dilakukan, namun pahala kesempurnaan sunnah mungkin belum tercapai sepenuhnya.
Syarat Hewan Aqiqah
Hewan yang digunakan untuk aqiqah harus memenuhi syarat yang sama dengan hewan kurban, karena pada dasarnya aqiqah adalah bentuk kurban syukur. Syarat utamanya meliputi:
- Jenis hewan: Kambing atau domba. Meskipun sebagian ulama membolehkan unta atau sapi dengan perhitungan yang setara, kambing/domba adalah yang paling sesuai dengan sunnah.
- Usia hewan: Harus memenuhi usia minimal yang ditetapkan syariat (misalnya, domba harus berusia minimal enam bulan dan tampak sehat, kambing minimal satu tahun).
- Kondisi hewan: Harus bebas dari cacat yang parah, seperti buta total, sakit parah, pincang yang nyata, atau kurus kering yang jelas terlihat.
Tata Cara dan Pembagian Daging Aqiqah
Setelah hewan disembelih sesuai ketentuan aqiqah dengan benar, proses selanjutnya adalah pembagian daging. Berbeda dengan qurban Idul Adha, daging aqiqah umumnya dianjurkan untuk dimasak terlebih dahulu sebelum dibagikan.
Pembagian daging aqiqah umumnya dibagi menjadi tiga bagian, meskipun pandangan ulama bervariasi:
- Untuk Diri Sendiri/Keluarga: Sebagian kecil boleh dimasak dan dimakan oleh keluarga yang mengadakan aqiqah.
- Untuk Diberikan kepada Tetangga dan Kerabat: Dibagikan dalam keadaan matang kepada kerabat dekat, tetangga, dan sahabat.
- Untuk Fakir Miskin/Sedekah: Sebagian besar daging (dianjurkan bagian terbanyak) disedekahkan kepada mereka yang membutuhkan.
Penting untuk dicatat bahwa daging aqiqah tidak boleh dijual, baik daging mentahnya maupun hasil olahannya. Selain itu, ada pandangan kuat bahwa orang yang melakukan aqiqah tidak boleh memberikan bagian dari daging tersebut kepada penyembelih jika penyembelih tersebut dibayar menggunakan daging aqiqah tersebut (memberikan upah dari daging aqiqah).
Hikmah di Balik Ketentuan Aqiqah
Pelaksanaan aqiqah bukan sekadar tradisi, tetapi sarat dengan hikmah. Dengan memenuhi ketentuan aqiqah dengan benar, seorang muslim menunjukkan rasa terima kasih kepada Allah SWT dan mengikat janji untuk mendidik anak sesuai ajaran Islam. Aqiqah juga berfungsi sebagai sarana mempererat tali silaturahmi dengan berbagi kebahagiaan (daging) kepada sesama, serta memohon perlindungan bagi anak dari bala atau kesulitan.
Secara ringkas, konsistensi dalam mengikuti waktu (hari ketujuh), jumlah hewan (dua untuk laki-laki, satu untuk perempuan), dan syarat hewan adalah kunci utama dalam menunaikan ibadah aqiqah sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.