Panduan Lengkap Ketentuan Melaksanakan Aqiqah

Ilustrasi Kambing Aqiqah dan Bayi 👶 Syukur

Aqiqah adalah salah satu syariat Islam yang sangat dianjurkan dan memiliki kedudukan penting dalam merayakan kelahiran seorang anak. Secara harfiah, aqiqah berarti memotong atau mencukur rambut bayi. Namun, dalam konteks syariat, aqiqah merujuk pada penyembelihan hewan ternak sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia kelahiran seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan. Memahami ketentuan melaksanakan aqiqah adalah kunci agar ibadah ini sah dan diterima di sisi-Nya.

Hukum dan Hikmah Pelaksanaan Aqiqah

Mayoritas ulama, termasuk dari mazhab Syafi'i, Hanbali, dan Hanafi, sepakat bahwa aqiqah hukumnya adalah sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan). Hukum ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan praktik beliau ketika cucu-cucunya lahir.

Hikmah di balik aqiqah sangat mendalam. Selain sebagai bentuk pengakuan bahwa anak adalah nikmat dari Allah, pelaksanaan aqiqah juga berfungsi sebagai penebus (tebusan) bagi bayi dari pengaruh setan, serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berbagi kebahagiaan dengan sesama umat Muslim melalui pembagian daging hewan sembelihan.

Ketentuan Jumlah Hewan yang Disembelih

Jumlah hewan yang disembelih merupakan inti dari ketentuan melaksanakan aqiqah. Jumlah ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin anak yang baru lahir:

Jika kemampuan finansial tidak mencukupi untuk dua ekor bagi anak laki-laki, maka diperbolehkan menyembelih satu ekor saja, karena yang utama adalah pelaksanaan ibadah syukuran tersebut.

Syarat Hewan Aqiqah

Hewan yang digunakan untuk aqiqah memiliki kriteria yang hampir sama dengan hewan kurban. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka status aqiqahnya diragukan keutamaannya. Syarat-syarat utama tersebut meliputi:

  1. Jenis Hewan: Hewan yang sah untuk kurban, yaitu kambing atau domba. Beberapa ulama membolehkan sapi atau unta dengan perhitungan nisbah (satu ekor sapi/unta setara dengan tujuh kambing).
  2. Usia: Kambing atau domba harus telah mencapai usia minimal satu tahun dan sehat (tidak cacat).
  3. Kesehatan: Hewan harus terbebas dari penyakit yang jelas dan cacat fisik (seperti buta, pincang parah, kurus kering, atau buta sebelah matanya).

Waktu Pelaksanaan Aqiqah yang Dianjurkan

Mengenai kapan waktu ideal untuk melaksanakan aqiqah, terdapat beberapa perbedaan pendapat di antara ulama, namun yang paling masyhur dan dianjurkan adalah pada hari ketujuh kelahiran bayi.

Jika tidak memungkinkan pada hari ketujuh, sebagian ulama menyebutkan bisa ditunda hingga hari keempat belas atau hari kedua puluh satu (kelipatan tujuh hari). Intinya adalah pelaksanaan aqiqah diupayakan segera setelah bayi lahir.

Dalam konteks kekinian, beberapa ulama membolehkan pelaksanaan aqiqah kapan saja setelah bayi lahir, namun tetap menjaga semangat untuk segera melaksanakannya sebagai bentuk penghormatan terhadap sunnah.

Prosedur dan Tata Cara Aqiqah

Pelaksanaan aqiqah melibatkan beberapa tahapan penting selain penyembelihan hewan. Setelah hewan disembelih sesuai syariat Islam (dengan menyebut nama Allah SWT), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pembagian dagingnya:

Secara keseluruhan, ketentuan melaksanakan aqiqah menekankan pada niat yang tulus, pemenuhan syarat hewan, jumlah yang sesuai sunnah, dan waktu yang diutamakan pada hari ketujuh. Ini adalah ibadah yang menggabungkan rasa syukur, kepedulian sosial, dan penguatan tali silaturahmi.

🏠 Homepage