Momen sakral yang membutuhkan ketenangan dan pemahaman.
Akad nikah adalah momen puncak dalam rangkaian pernikahan dalam tradisi Islam, di mana terjadi ijab (penyerahan dari wali) dan qabul (penerimaan oleh mempelai pria). Bagi mempelai pria, bagian ini adalah janji suci yang mengikat secara spiritual dan hukum. Oleh karena itu, menguasai bacaan akad nikah—terutama bagian qabul (jawaban)—adalah krusial. Kesalahan pengucapan, keraguan, atau bahkan kelupaan bisa menimbulkan keraguan keabsahan pernikahan tersebut.
Banyak mempelai pria merasa gugup saat hari H. Jantung berdebar, tangan berkeringat, dan pikiran menjadi kosong. Dalam situasi emosional seperti ini, hafalan yang kuat atau setidaknya pemahaman yang mendalam mengenai teks yang akan diucapkan akan sangat membantu. Kejelasan dalam pengucapan bukan sekadar formalitas, melainkan manifestasi kesiapan mental dan spiritual untuk memikul tanggung jawab baru sebagai seorang suami.
Bacaan qabul (jawaban) dari mempelai pria biasanya sangat spesifik dan harus diucapkan dengan jelas setelah wali mempelai wanita mengucapkan ijab kabul. Teks ini umumnya mencakup pengucapan "Qabiltu" (saya terima) atau variasi lainnya, diikuti dengan penegasan penerimaan terhadap mahar yang telah disebutkan.
"Qabiltu nikahaha binti [Nama Wali/Ayah Mempelai Wanita] binti [Nama Kakek dari Ayah] bi-mahar [Jumlah Mahar] dibayar tunai."
Atau dalam Bahasa Indonesia yang sering digunakan di Indonesia:
"Saya terima nikah dan kawinnya [Nama Mempelai Wanita] binti [Nama Ayah Mempelai Wanita] dengan maskawin tersebut, dibayar tunai."
Poin penting yang harus diperhatikan adalah memastikan semua detail—nama mempelai wanita, nama wali/ayah, dan jumlah mahar—disebutkan dengan benar. Kesalahan penyebutan nama atau mahar bisa menjadi celah yang perlu diklarifikasi oleh penghulu.
Meskipun terasa menakutkan, persiapan yang matang akan menghilangkan sebagian besar rasa gugup tersebut. Berikut beberapa tips agar bacaan mempelai pria saat akad nikah lancar:
Jangan hanya menghafal dalam hati. Latihlah pengucapan teks tersebut berulang kali seolah-olah Anda sedang berada di momen ijab kabul yang sesungguhnya. Rekam suara Anda sendiri dan dengarkan kembali. Perhatikan intonasi dan kecepatan bicara Anda.
Kekuatan terbesar datang dari pemahaman. Ketika Anda mengerti makna filosofis di balik setiap kata—janji setia, tanggung jawab, dan niat tulus untuk membina rumah tangga—rasa gugup akan berkurang karena Anda fokus pada substansi, bukan hanya menghafal teks.
Jika memungkinkan, minta penghulu yang akan menikahkan Anda atau kerabat yang berpengalaman untuk mencoba simulasi akad beberapa hari sebelumnya. Feedback langsung sangat berharga untuk memperbaiki kesalahan kecil dalam pelafalan atau postur.
Sebelum acara, pastikan Anda cukup istirahat. Hindari kafein berlebih. Lakukan teknik pernapasan dalam (tarik napas perlahan melalui hidung, tahan sebentar, hembuskan perlahan melalui mulut) beberapa menit sebelum giliran Anda. Ketenangan fisik sangat mendukung kejernihan pikiran.
Ketika momen itu tiba, jangan terpaku pada kerumunan tamu. Fokuskan pandangan Anda hanya pada wali yang mengucapkan ijab dan penghulu yang memandu prosesi. Ini akan membantu meminimalkan gangguan visual dan mental.
Rasa grogi itu wajar, bahkan bagi orang yang sudah sering menjadi wali nikah. Jika saat diminta mengucapkan qabul Anda merasa blank sesaat, jangan panik. Ambil jeda sejenak—satu atau dua detik sangat diperbolehkan—lalu tarik napas dalam. Jika perlu, lihat catatan kecil yang mungkin disiapkan oleh panitia (meskipun lebih baik tidak bergantung padanya). Ingatlah, penghulu dan wali tahu Anda sedang berada di momen sakral dan akan memberikan ruang untuk Anda menata diri.
Mempelajari bacaan akad nikah bukan sekadar tugas yang harus diselesaikan sebelum pernikahan, tetapi merupakan fondasi awal dari janji seumur hidup. Dengan persiapan yang matang, mempelai pria dapat mengucapkan janji tersebut dengan mantap, penuh keyakinan, dan kesungguhan hati.