Ilustrasi: Ketuhanan sebagai pusat keteraturan semesta.
Akidah, dalam terminologi Islam, berasal dari kata 'Aqada' yang berarti mengikat atau menguatkan. Secara harfiah, akidah adalah segala sesuatu yang diyakini dengan teguh dan mantap di dalam hati, yang kebenarannya tidak memerlukan pembuktian lebih lanjut. Akidah Muslim adalah kerangka fundamental kepercayaan yang menjadi landasan seluruh aspek kehidupan seorang Muslim. Ia bukan sekadar formalitas ritual, melainkan fondasi spiritual yang menentukan cara pandang, perilaku, dan tujuan hidup seseorang. Jika akidah itu rapuh, maka bangunan amal ibadah dan moralitasnya pun akan mudah goyah ketika dihadapkan pada ujian kehidupan.
Memiliki akidah yang sahih berarti memegang teguh prinsip-prinsip keimanan yang bersumber langsung dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Akidah yang benar adalah satu-satunya jalan menuju ketenangan jiwa dan kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam konteks modern yang penuh gejolak pemikiran, memperkokoh akidah menjadi sebuah kebutuhan primer, bukan sekadar pelengkap.
Inti dari akidah Islam termaktub jelas dalam enam Rukun Iman. Keenam pilar ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mengingkari salah satunya berarti merusak keseluruhan bangunan keimanan. Rukun Iman tersebut adalah manifestasi operasional dari keimanan yang diikrarkan oleh seorang Muslim:
Akidah bukan hanya teori yang dibahas di mimbar khutbah, melainkan energi penggerak setiap gerak-gerik seorang Muslim. Ketika akidah telah tertanam kuat, ia akan memberikan dampak signifikan dalam perspektif hidup:
Pertama, Ketenangan Jiwa. Dengan memahami Tauhid, seorang Muslim menyadari bahwa segala kesulitan dan kemudahan datang dari satu sumber yang Maha Bijaksana. Ini menghilangkan rasa takut berlebihan terhadap makhluk dan keputusasaan terhadap cobaan.
Kedua, Motivasi Beramal Saleh. Iman kepada Hari Akhir mendorong seorang Muslim untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan, karena ia yakin setiap tindakannya akan dipertanggungjawabkan.
Ketiga, Sikap Konsisten. Akidah yang kokoh memberikan kompas moral yang jelas. Ia membantu seorang Muslim membedakan mana yang hak dan mana yang batil, sehingga ia tidak mudah terombang-ambing oleh tren atau ideologi sesat yang berkembang di masyarakat.
Keempat, Optimisme yang Realistis. Keimanan kepada Qadar mengajarkan bahwa usaha harus dilakukan, namun hasil akhir diserahkan kepada Allah. Ini menumbuhkan semangat tanpa menimbulkan kesombongan saat berhasil, dan kesabaran saat gagal.
Mempertahankan kemurnian akidah memerlukan usaha berkelanjutan, layaknya merawat tanaman agar tidak ditumbuhi ilalang. Dalam era informasi ini, tantangan datang dari berbagai arah, termasuk keraguan yang ditanamkan oleh pemikiran-pemikiran asing. Cara terbaik memelihara akidah adalah dengan:
Singkatnya, akidah muslim adalah peta jalan utama yang memandu seluruh eksistensi seorang hamba. Ia adalah jangkar yang menahan kapal kehidupan agar tidak terombang-ambing di lautan keraguan dan hawa nafsu.