Memahami Landasan Teologis: Apa Itu Aqidah NU?

Tauhid dan Moderasi Aqidah NU Iman Islam

Pertanyaan mengenai Aqidah NU adalah sering kali muncul dalam diskusi keislaman di Indonesia. Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi massa Islam terbesar di dunia, memiliki landasan teologis yang kokoh dan jelas, yang membedakannya dari corak pemikiran lain. Inti dari Aqidah NU adalah keyakinan yang berlandaskan pada tradisi Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja).

Pemahaman Aswaja ini dianut NU melalui tiga pilar utama yang saling menguatkan: dalam bidang akidah (teologi), NU mengikuti mazhab Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sementara dalam bidang fikih (hukum Islam), NU berpegang teguh pada empat mazhab Sunni, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Ketiga pilar ini membentuk pondasi keagamaan yang komprehensif.

Landasan Teologis: Asy'ariyah dan Maturidiyah

Mazhab teologi yang diikuti NU, yaitu Asy'ariyah dan Maturidiyah, menekankan pentingnya keseimbangan antara akal (rasio) dan wahyu (naqli). Kedua aliran ini dikenal moderat karena tidak menafikan peran akal dalam memahami kebenaran ilahi, namun tetap memprioritaskan dalil-dalil yang shahih dari Al-Qur’an dan Sunnah. Pengambilan jalan tengah ini memungkinkan umat Islam untuk tetap memegang teguh keyakinan pokok tanpa terjebak pada pemikiran yang terlalu tekstual (literal) atau terlalu bebas dalam berinterpretasi.

Sebagai contoh, dalam pembahasan sifat-sifat Allah (Asma wa Sifat), Asy'ariyah dan Maturidiyah mengajarkan metode *tafwidh* (menyerahkan makna hakiki kepada Allah) atau *ta'wil* (interpretasi kontekstual) terhadap ayat-ayat yang secara zahir tampak kontradiktif dengan konsep kesempurnaan Allah, seperti konsep *yadu Allah* (tangan Allah). Hal ini menjauhkan pengikutnya dari paham tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk).

Tasawwuf sebagai Pembersih Jiwa

Aspek penting lain dari Aqidah NU adalah penerimaan terhadap tradisi Tasawwuf (sufisme) yang tidak bertentangan dengan syariat. NU mengintegrasikan tasawwuf yang murni, sering disebut sebagai Tasawwuf Ahlussunnah, yang bertujuan memurnikan hati dari penyakit-penyakit spiritual seperti riya', hasad, dan cinta dunia. Tasawwuf ini dipraktikkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui zikir, muraqabah, dan pembiasaan akhlak mulia.

Integrasi ini menghasilkan pandangan bahwa kehidupan seorang muslim harus utuh: memiliki kepatuhan dalam beribadah (fikih), keyakinan yang benar (akidah), dan jiwa yang bersih (tasawwuf). Ketiga elemen ini membentuk konsep *Islam Wasathiyah* (Islam jalan tengah) yang menjadi ciri khas NU.

Toleransi dan Pluralisme

Ciri khas yang paling menonjol dari penerapan Aqidah NU adalah sikapnya yang inklusif dan toleran terhadap perbedaan. Karena berpegang pada mazhab yang mengakomodir keragaman metodologi, NU secara alami mengembangkan sikap tasamuh (toleransi) terhadap perbedaan pandangan di kalangan umat Islam itu sendiri, selama masih berada dalam koridor Aswaja.

Sikap ini diperluas dalam konteks kebangsaan. Aqidah yang moderat ini menopang konsep Hubbul Wathan Minal Iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). NU mengajarkan bahwa menjaga keutuhan bangsa dan negaralah yang menjadi prasyarat utama untuk menjalankan ajaran agama dengan tenang dan aman. Oleh karena itu, ajaran NU selalu mengedepankan harmoni sosial di tengah keberagaman suku, ras, dan agama di Indonesia, menjadikannya benteng teologis bagi perdamaian di Nusantara.

Secara ringkas, Aqidah NU adalah perwujudan dari Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah yang moderat, berlandaskan pada metode Asy'ariyah/Maturidiyah, mengintegrasikan tasawwuf yang bersih, dan mempraktikkan toleransi beragama serta cinta tanah air sebagai manifestasi keimanan yang paripurna.

🏠 Homepage